Pakaian Thrifting, Niat Irit Malah Sakit Kulit

Written By :

Category :

Kesehatan

,

Modis

Posted On :

Share This :

Coolins hobi beli baju atau pakaian thrift? Jenis pakaian yang bisa disebut juga sebagai pakaian bekas layak pakai ini memang menjadi primadona tersendiri bagi sebagian elemen masyarakat, terutama bagi mahasiswa. Barang branded, harga yang murah serta kualitas produk pakaian yang masih bagus menjadi alasan mengapa peminat thrifting kian menjamur di Indonesia. Meski begitu, pakaian thrifting ternyata menyimpan bahaya tersendiri bagi kesehatan pemakainya apabila pemilihan pakaian tidak diperhatikan dengan baik. Apa sajakah bahayanya? Mascoolin akan menguliknya untuk sobat Coolins yang penasaran!

Aktivitas Jual Beli Pakaian Thrifting

Tampak orang sedang memilih pakaian thrifting dalam sebuah event thrift. (Foto: Defani Yusanto/Mascoolin)

Pakaian thrifting mayoritas merupakan pakaian bekas. Pakaian-pakaian bekas ini biasanya banyak diperoleh dari luar negeri secara impor. Menurut penelusuran redaksi mascoolin ke beberapa gerai dan toko thrifting di kota malang, kebanyakan pedagang memperoleh pakaian dalam bentuk bal. Sebuah satuan tumpukan yang digunakan untuk sekali impor barang thrifting yang beratnya bisa mencapai 80 hingga 100 kilogram per bal-nya. Abdul Rozak, seorang pedagang thrift berusia 25 tahun mengungkapkan bahwa ia mendapatkan barang/pakaian thrift dari negara Korea Selatan. Menurut penuturannya ia biasa membeli 1 hingga 2 bal pakaian sekali beli tergantung permintaan pasar. 

“Aku biasanya beli ukuran bal-bal an gitu mas. Per bal pakaian itu biasanya beratnya sampai 50 kilo, 80 kilo, bahkan ada yang pernah sampai 100 kilo. Kebanyakan barangnya kita ambil dari Korea Selatan sih”. Ujar Abdul Rozak saat diwawancarai oleh redaksi mascoolin pada (14/6/2023).

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor pakaian bekas (kode HS 6309) sebanyak 26,2 ton sepanjang 2022. Jumlah itu meningkat lebih dari 230% dari tahun sebelumnya, yang hanya sebanyak 7,9 ton. Namun, data Trade Map menunjukkan angka berbeda. Setiap negara pengekspor mencatat volume pakaian bekas yang dikirim ke Indonesia dan totalnya mencapai 26,5 ribu ton pada 2022. Sebanyak 92,5% diantaranya berasal dari Malaysia. Data tersebut cukup mendukung pernyataan bahwa peminat thrifting di Indonesia cukup tinggi. 

Salah satu peminat thrift, Farrel Alvaricky (21)  menuturkan bahwa ia menyukai thrift karena dalam thrifting untuk mendapatkan pakaian bisa dikatakan 50/50, dalam memilih pakaian juga harus memiliki kesabaran.ketelitian dalam memilih baju thrifting sangat diperlukan. Biasanya dalam mencari pakaian bekas pun juga tidak jarang untuk tidak mendapatkan apa-apa. Oleh karena itu perlu dilakukan observasi ke berbagai tempat penjual pakaian bekas. 

“Beli pakaian bekas itu ga bisa di satu tempat, dan kita juga ga bisa nentuin tempat yang paling bagus itu dimana aja. butuh kesabaran saat memilih pakaian thrifting” Ucap Farrel Alvaricky sebagai Thrifter yang sering berkeliling daerah Malang.

Dapat Sebabkan Penyakit Kulit

Display pakaian thrift yang bermacam-macam. Mulai dari hoodie, jaket, hingga kemeja semua tersedia. (Foto: Defani Yusanto/Mascoolin)

Ditengah membludaknya peminat thrifting, thrifting ternyata menyimpan bahaya tersendiri. Pakaian thrifting disinyalir menjadi penyebab beberapa penyakit kulit. Dilansir dari prfmnews.id, hal tersebut bisa terjadi lantaran beberapa pakaian thrift yang diperjual belikan mengandung beberapa bakteri jamur yang bisa menyebabkan penyakit kulit. Bakteri jamur seperti jamur Escherichia Coli hingga jamur kapang mengintai kesehatan kulit Coolins. 

Lihabi, seorang Laboran laboratorium patologi klinik UM Surabaya membenarkan bahwa membeli baju dan pakaian thrifting dari thrift shop bisa menimbulkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan, terutama masalah kesehatan kulit. Ia menuturkan, dari hasil penelitian yang ada menyebut bahwa sampel pakaian bekas mengandung jamur kapang atau khamir, bakteri Staphylococcus Aureus, bakteri Escherichia Coli, dan virus. Terkait Jamur Kapang, Lihabi menjelaskan, jamur ini muncul disebabkan oleh udara yang lembab dan kurangnya aliran udara yang masuk.

“Jamur ini memiliki ciri-ciri berwarna putih atau terkadang berwarna hitam kehijauan yang beraroma khas seperti bau apak serta bau tanah. Keberadaan jamur kapang biasanya berada di permukaan pakaian dan bisa dilihat dengan mata telanjang,” kata Lihabi dikutip dari prfm.id.

Dampak Jamur Pada Kulit

Pakaian seperti kemeja dan flannel biasanya rentan terkena jamur. Perhatikan kondisi pakaian saat memilih pakaian. (Foto; Defani Yusanto/Mascoolin)

Lihabi memaparkan, beberapa dampak yang dirasakan akibat paparan jamur kapang bisa bermacam-macam. Diantaranya seperti efek gatal-gatal dan reaksi alergi pada kulit, efek beracun iritasi, hingga infeksi karena pakaian tersebut melekat langsung pada tubuh. Bakteri Staphylococcus Aureus bisa menempel pada pakaian kotor dan mampu menyebar ke pakaian lain. Bakteri berbahaya ini bisa menyebabkan infeksi kulit pada tubuh Coolins jika menempel pada kain yang berpotensi tumbuh menjadi penyakit berbahaya.

“Jamur kapang bisa beracun dan tentunya berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, jamur ini tidak akan hilang walaupun pakaian tersebut sudah direndam dengan air panas dan dicuci berkali-kali, maka diperlukan kehati-hatian dalam memilih pakaian thrift”. Ucapnya.

Bolehkah Membeli Pakaian Thrifting

Boleh saja membeli pakaian thrifting. Namun perhatikanlah aspek kebersihan toko dan pakaian yang dijual agar terhindar dari bakteri jamur yang menyebabkan penyakit kulit. (Foto: Defani Yusanto/Mascoolin)

Perilaku thrifting bukan lantas tidak diperbolehkan sama sekali. Selama memperhatikan kebersihan kain saat membeli, resiko penyakit kulit dapat lebih kita tekan. Pastikan juga kebersihan toko thrift tempat Coolins membeli pakaian. Kebersihan tempat mencerminkan kebersihan barang yang dijual pula. Selain itu jika sumber pakaian bekas untuk bisnis thrifting berasal dari dalam negeri, justru akan berdampak baik. Pakaian bekas tidak langsung menjadi sampah kain, tetapi berumur lebih panjang, dengan digunakan oleh pembeli selanjutnya. Jadi, alih-alih menambah sampah kain, thrifting lokal bisa terus memutar pakaian itu dan mengurangi tumpukan sampah kain di Indonesia. 

Meski begitu, belanja pakaian bekas lokal juga perlu diimbangi dengan kesadaran dan kebiasaan untuk mengatur jumlah pakaian yang kita beli dan tidak konsumtif, bukan hanya tergiur harga yang murah. Sebab, pembelian berjumlah banyak dan dilakukan terus-menerus tidak memperpanjang usia pakaian. Sebaliknya, pakaian malah berpotensi lebih cepat dibuang dan akan menghasilkan sampah kain pula yang dapat menyebabkan masalah ekosistem dan kesehatan.

Penulis: Sendy Aditya/Mascoolin

Tertarik dengan berita seputar thrift atau fashion lainnya? Baca artikel lain dari kami seperti Tips Untuk Mas Yang Baru Pertama Kali Nge-Thrift.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *