Musik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di mana pun kita berada, dari kafe, pusat perbelanjaan, hingga rumah pribadi, musik hadir sebagai teman setia yang mengiringi aktivitas kita. Namun, bagaimana dengan mendengarkan musik saat berkendara? Apakah hal ini aman, terutama ketika kita mengendarai motor atau mobil? Opini tentang hal ini beragam, dengan beberapa pihak yang mendukung dan lainnya yang menentang, mengingat faktor keselamatan dan konsentrasi yang sangat penting ketika berada di jalan raya.
Saat Berkendara Menggunakan Mobil
Untuk pengendara mobil, mendengarkan musik mungkin sudah menjadi kebiasaan yang hampir universal. Teknologi audio dalam mobil saat ini telah dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan pengalaman berkendara. Sistem stereo yang canggih, konektivitas Bluetooth, dan fitur pengaturan suara di setir memberikan kenyamanan dalam mendengarkan musik. Banyak orang berpendapat bahwa musik justru membantu mereka rileks, terutama dalam situasi lalu lintas yang padat atau ketika menempuh perjalanan jauh.
Namun, ada juga yang berpendapat sebaliknya. Musik yang diputar terlalu keras, atau jenis musik tertentu, bisa menjadi distraksi yang berbahaya. Beberapa studi menunjukkan bahwa musik yang keras atau berirama cepat dapat memengaruhi cara pengemudi bereaksi terhadap situasi di jalan. Musik yang cepat, misalnya, cenderung membuat pengemudi menginjak pedal gas lebih dalam atau membuat keputusan yang lebih impulsif. Selain itu, volume musik yang terlalu tinggi dapat menenggelamkan suara dari luar, seperti klakson atau sirene darurat, yang sangat penting untuk diperhatikan demi keselamatan.
Otak kita memiliki kapasitas terbatas untuk memproses informasi, dan musik yang terlalu keras atau mengganggu dapat mengalihkan perhatian dari tugas utama saat berkendara, yaitu mengendalikan kendaraan dengan aman. Hal ini dapat memicu kondisi yang bernama “overstimulation brain“. Menurut fimela.com, overstimulation merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan ketika seseorang merasa kewalahan terhadap aktivitas yang ada di sekitarnya, biasanya berkaitan dengan kelima panca indera seperti suara, sentuhan, rasa, apa yang dilihat serta bau yang tercium dapat menyebabkan reaksi ini. Tentu saja, ini tidak berarti bahwa semua musik berbahaya. Jenis musik yang lebih santai atau diputar pada volume yang moderat dapat membantu pengemudi tetap tenang dan fokus.
Saat Berkendara Menggunakan Motor
Ketika berbicara tentang pengendara motor, masalah mendengarkan musik menjadi lebih kontroversial. Tidak seperti mobil, motor tidak memiliki ruang tertutup yang melindungi pengendara dari kebisingan luar. Pengendara motor lebih rentan terhadap suara dari lingkungan sekitar, mulai dari angin, klakson kendaraan lain, hingga suara mesin mereka sendiri. Dalam situasi ini, mendengarkan musik bisa menjadi tantangan yang lebih besar karena potensi kehilangan kewaspadaan lebih tinggi.
Banyak pengendara motor menggunakan earphone wired maupun wireless untuk mendengarkan musik selama perjalanan. Meski teknologi ini menawarkan kenyamanan, ada sejumlah risiko yang menyertai. Dengan menutup telinga untuk mendengarkan musik, pengendara motor bisa kehilangan kemampuan untuk mendengar suara-suara penting di jalan, seperti kendaraan lain yang mendekat, atau bahkan sirene ambulans dan polisi. Di beberapa negara, penggunaan earphone saat berkendara motor bahkan dilarang oleh undang-undang lalu lintas karena dianggap berbahaya.
Namun, di sisi lain, banyak pengendara motor yang menganggap bahwa mendengarkan musik dapat membuat mereka lebih fokus dan rileks. Dalam perjalanan jarak jauh, misalnya, musik dapat menjadi hiburan yang mengurangi rasa bosan dan kelelahan. Bagi sebagian orang, musik juga bisa menghilangkan stres dan membuat mereka berkendara dengan lebih tenang. Mereka berpendapat bahwa selama volume musik diatur dengan bijak, risiko kehilangan kewaspadaan bisa diminimalkan.
Pertimbangkan Keamanan!
Saat mendiskusikan apakah mendengarkan musik saat berkendara itu aman atau tidak, kita harus mempertimbangkan beberapa faktor penting. Tingkat pengalaman pengemudi atau pengendara sangat berpengaruh. Pengemudi yang lebih berpengalaman mungkin memiliki kemampuan yang lebih baik untuk membagi perhatian antara mengemudi dan mendengarkan musik. Namun, bagi pengemudi yang masih baru atau kurang percaya diri di jalan, mendengarkan musik bisa menjadi distraksi tambahan yang tidak diperlukan.
Jenis musik yang dipilih juga mempengaruhi. Seperti yang sudah disebutkan, musik dengan ritme cepat dan volume keras bisa memengaruhi perilaku berkendara. Sebuah studi yang dilakukan oleh Aryanto dan Meganada pada Tahun 2019 menyatakan bahwa, analisis lebih lanjut yang mereka lakukan menunjukkan bahwa musik bertempo lambat dapat meningkatkan atensi secara signifikan dibandingkan dengan musik bertempo cepat maupun tidak mendengarkan musik sama sekali.
Selain itu, kondisi lingkungan jalan dan cuaca juga memainkan peran penting. Di jalan yang ramai dengan lalu lintas padat, konsentrasi penuh sangat dibutuhkan, sehingga musik yang berpotensi mengalihkan perhatian harus diminimalisir. Di sisi lain, ketika berkendara di jalan tol yang sepi, musik mungkin bisa menjadi teman yang menyenangkan selama perjalanan panjang.
Dalam kasus pengendara motor, penting juga untuk mempertimbangkan perangkat audio yang digunakan. Menggunakan satu earphone atau headset di satu telinga mungkin dapat menjadi solusi yang lebih aman karena telinga lainnya masih bisa mendengar suara dari lingkungan. Selain itu, perangkat audio dengan fitur pembatalan bising (noise-cancelling) mungkin perlu dihindari, karena fitur ini bisa membuat pengendara motor sepenuhnya terisolasi dari suara luar yang bisa memberikan tanda bahaya.
Undang-Undang dan Aturan Lalu Lintas
Di berbagai negara, ada undang-undang yang mengatur tentang mendengarkan musik saat berkendara, baik bagi pengendara mobil maupun motor. Di Indonesia, undang-undang tidak secara spesifik melarang pengemudi mobil mendengarkan musik. Namun, Pasal 106 ayat 1 pada Undang-Undang nomor 22 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) menyebutkan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi. Hal ini termasuk mendengarkan musik yang terlalu keras atau menggunakan perangkat yang dapat mengganggu konsentrasi.
Sementara itu, bagi pengendara motor, peraturan lebih ketat. Di beberapa negara bagian di Amerika Serikat, misalnya, penggunaan earphone di kedua telinga saat berkendara motor dilarang. Hal ini dilakukan untuk memastikan pengendara tetap waspada terhadap suara di sekitar mereka. Di Indonesia, meskipun penggunaan earphone saat berkendara belum diatur secara tertulis dalam undang-undang, namun polisi lalu lintas tetap dapat memberikan sanksi jika penggunaan earphone dinilai mengganggu konsentrasi dan membahayakan pengendara maupun orang lain di jalan.
Jadi Mendengarkan Musik Saat Berkendara Diperbolehkan?
Jawabannya tergantung pada banyak faktor, seperti jenis kendaraan, kondisi jalan, dan preferensi pribadi. Secara umum, mendengarkan musik saat berkendara mobil masih dianggap aman selama dilakukan dengan bijak. Artinya, pengemudi harus memilih jenis musik yang tidak terlalu mengganggu dan menjaga volume pada tingkat yang wajar agar tidak menghalangi pendengaran terhadap suara dari luar kendaraan.
Untuk pengendara motor, mendengarkan musik cenderung lebih berisiko, terutama jika menggunakan earphone yang menutupi kedua telinga. Namun, jika dilakukan dengan cara yang aman, seperti menggunakan satu earphone atau menjaga volume rendah, musik dapat menjadi teman perjalanan yang menyenangkan tanpa mengorbankan keselamatan.
Pada akhirnya, keselamatan di jalan adalah prioritas utama. Jika musik mulai mengganggu konsentrasi atau membuat pengemudi kurang waspada terhadap lingkungan sekitar, sebaiknya hentikan kebiasaan ini. Berkendara adalah aktivitas yang membutuhkan fokus penuh, dan gangguan sekecil apapun bisa berakibat fatal.